Rabu, 12 Oktober 2016

Teladan Hidup Gus Dur


Teladan Hidup Gus Dur
Abdurrahman Addakhil lahir di Denanyar, Jombang, Jawa Timur pada tanggal 7 September 1940. Nama Abdurrahman Addakhil berarti “Sang Penakluk”. Nama beliau diganti menjadi Abdurrahman Wahid yang kerap disapa “Gus Dur”, Gus berarti mas atau abang. Gus Dur, anak pertama dari enam bersaudara. Beliau memiliki seorang kakek yang bernama KH Hasyim Asyari, seorang ulama terkemuka dan pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia. Saudara Gus Dur  yang lain bernama Salahuddin Wahid dan Lily Wahid. Gus Dur menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat orang anak perempuan yang bernama Alissa Qotruunada, Zannuba Ariffah Chafsoh, Anita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari.

Pendidikan Gus Dur
Gus Dur menempuh ilmu di Jakarta dengan masuk SD Kris sebelum pindah ke SD Matraman Perwari. Gus Dur terus tinggal di Jakarta dengan keluarganya meskipun ayahnya sudah tidak menjadi menteri agama pada tahun 1952. Pada April 1953, ayah Wahid meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.Pada tahun 1954, pendidikannya berlanjut dengan masuk ke sekolah menengah pertama, tetapi pada saat itu tidak naik kelas. Lalu, ibunya mengirimnya ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikan. Setelah lulus dari SMP pada tahun 1957, Gus Dur memulai pendidikan muslim di sebuah pesantren yang bernama Pesantren Tegalrejo di Kota Magelang. Pada tahun 1959, ia pindah ke Pesantren Tambakberas di Kota Jombang. Sementara melanjutkan pendidikannya, ia juga menerima pekerjaan pertamanya sebagai seorang guru di sekolah Madrasah.
Dalam kesehariannya, Gus Dur gemar membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Selain itu,  ia juga aktif berkunjung ke perpustakaan umum di Jakarta. Pada usia belasan tahun, Gus Dur  akrab dengan berbagai majalah, surat kabar, novel dan buku. Karya-karya yang dibaca oleh Gus Dur tidak hanya cerita-cerita, akan tetapi wacana tentang filsafat dan dokumen manca negara tidak luput dari perhatianya. Di samping membaca, Gus Dur juga senang  bermain bola, catur dan musik.

Karir dan Pekerjaan
Gus Dur , seorang tokoh bangsa yang berjuang melawan radikalisme agama. Ketika radikalisme agama sedang menyerang, Gus Dur menentangnya dengan berani. Beliau  menentang semua masalah yang mengatasnamakan agama. Dia juga sosok pejuang yang tidak mengenal hambatan. Gus Dur dalam pemerintahannya telah menghapus praktik diskriminasi di Indonesia. Beliau mendapatkan penghargaan sebagai Bapak Pluralisme dan Demokratis di Indonesia. Dia juga sangat aktif dalam berorganisasi. Sejak masih kuliah, ia sudah terlibat dengan organisasi seperti Asosiasi Pelajar Indonesia dan aktif menulis di majalah yang diterbitkan asosiasi tersebut.

Gus Dur menjadi Presiden ke-4
Terpilihnya beliau menjadi seorang Presiden banyak orang menyatakan karena adanya “kecelakaan”. Namun , itulah kehendak Tuhan. Walaupun masa jabatan beliau cukup singkat,  tidak membuat beliau di lupakan oleh masyarakat. Keberanian yang beliau miliki, telah menjadi suatu catatan tersendiri bagi masyarakat. Dengan keterbatasan beliau secara fisik, beliau mampu menunjukkan kinerja yang cukup optimal bagi bangsa ini. Di antara keberanian yang beliau lakukan adalah memecat beberapa orang menteri yang di anggap tidak mampu bekerjasama dengan beliau untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa ini. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional. Masa kepresidenan Gus Dur mulai tanggal 20 Oktober 1999 dan berakhir pada 23 Juli 2001 yang kemudian digantikan oleh Megawati Soekarnoputri.

Keteladanan Gus Dur
            Dalam diri Gus Dur, terdapat sifat yang jarang ditemui di kalangan masyarakat yakni tidak membeda-bedakan manusia. Tampak jelas ketika Gus Dur melakukan pembelaan dan pemihakan terhadap kaum tertindas. Beliau berpikir dan berjuang untuk menciptakan keadilan di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, Gus Dur juga menghapus diskriminasi dalam masyarakat. Kesederhanaan yang dimiliki Gus Dur juga menjadi suatu sifat yang patut diteladani dalam kehidupan bermasyarakat. Sepanjang hidupnya, Gus Dur memberi teladan dan menekankan pentingnya menjunjung tinggi persaudaraan dalam masyarakat, bahkan terhadap yang berbeda keyakinan dan pemikiran. Gus Dur selalu mendorong tumbuhnya jiwa-jiwa merdeka yang mampu membebaskan dirinya dari manusia lain. Dia juga mengedepankan kesabaran dalam menjalani proses yang berat demi mencapai hasil yang baik.

Gelar yang Diterima Gus Dur
Gelar pertama yang diterima Gus Dur yaitu Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Universitas Thammasat, Bangkok, Thailand pada tahun 2000. Di tahun yang sama, beliau juga mendapat banyak gelar yakni Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology di Bangkok; Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Universitas Sorbonne di Paris; Doktor Kehormatan dari Universitas Chulalongkorn di Bangkok; Doktor Kehormatan dari Universitas Twente di Belanda (2000); dan Doktor Kehormatan dari Universitas Jawaharlal di India. Pada tahun 2002, beliau mendapat gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Soka Gakkai di Tokyo, Jepang. Setahun kemudian, Gus Dur juga mendapat banyak gelar yaitu Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Universitas di Israel; Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Universitas Konkuk dan Doktor Kehormatan dari Universitas Sun Moon di Korea Selatan.

Wafatnya Gus Dur

Gus Dur meninggal disebabkan oleh penyakit yang dideritanya sejak menjabat sebagai seorang presiden. Dia menderita serangan stroke, diabetes, dan gangguan ginjal. Beliau juga menderita gangguan penglihatan sehingga dia memerlukan seseorang untuk membacakan isi surat dan bukunya. Sebelum wafat, beliau menjalani cuci darah rutin. Beliau tutup usia saat berusia 69 tahun. Gus Dur wafat pada hari Rabu, 30 Desember 2009 di Rumah sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada pukul 18.45 WIB akibat komplikasi penyakit tersebut. Beliau dimakamkan di Pemakaman Maqbarah.

sumber :  https://id.wikipedia.org/wiki/Abdurrahman_Wahid
 profil.merdeka.com/indonesia/a/abdurrahman-wahid/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar